“SUDAH berapa anaknya?” Pertanyaan itu umum diajukan
kepada pasangan istri – suami yang telah menikah beberapa tahun. Bagi
mereka yang sudah dikarunia anak, bukan tak mungkin pertanyaan singkat
itu dijawab panjang lebar - menceritakan betapa lucunya si buah hati.
Tapi, apa daya kalau si buah hati belum hadir ke dunia karena berbagai faktor, misalnya Anda dan suami sama-sama sibuk, faktor usia, Anda bermasalah setelah lepas KB. Atau, Anda sudah positif hamil, tapi kehilangan janin Anda beberapa saat kemudian. Jangan putus asa ya, Moms!
Pasangan sibuk
Fakta:
Belum punya anak padahal sudah lama menikah? Tak jarang keadaan itu membuat istri – suami merasa ‘terbebani’ karenanya. Padahal, pasangan istri - suami ini dinyatakan sehat secara medis - fungsi reproduksi tidak bermasalah.
Setelah dirunut penyebabnya, rupanya pasangan istri – suami ini sama-sama sibuk bekerja. Nah, disadari atau tidak, seringkali pasangan sibuk bekerja didera stres
Tahukah Anda, saat Anda stres, kadar hormon stres dalam tubuh Anda – cortisol – meningkat. Tingginya kadar cortisol mampu menekan produksi Gonadotropin- Releasing Hormone (GnRH). Hal ini bisa memengaruhi aktivitas seksual, seperti turunnya gairah seksual (libido) dan bisa menyebabkan timbulnya masalah seksual lainnya. Selain itu, stres turut menurunkan jumlah sperma pada pria dan menimbulkan masalah ovulasi pada perempuan.
Tip:
- Solusinya: usir stres! Itulah yang menjadi PR pasangan istri-suami agar cepat hamil. Caranya? Lakukan second honeymoon! Moms and Dads bisa rileks sejenak dan menikmati waktu berdua.
- Perhatikan masa subur. Moms bisa mengunakan patokan kalender. Bila Anda memiliki siklus 28 hari, maka ovulasi mulai sekitar 14 hari setelah periode akhir dimulai. Cara lainnya dengan memakai strip deteksi ovulasi. Dengan memeriksa urin, Anda dapat mendeteksi waktu ovulasi.
- Lakukan hubungan seksual secara rutin, setidaknya 3 - 4 kali dalam seminggu.
- Biasakan gaya hidup sehat misalnya dengan istirahat cukup, gizi seimbang, tidak mengasup Napza (Narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif), serta melakukan olahraga.
Hamil di atas 35 TAHUN
Fakta:
Kini tidak heran bila menjumpai perempuan yang akan hamil pada usia di atas 35 tahun. Misalnya yang dialami oleh perempuan yang sebelumnya mendahulukan karir, atau perempuan yang terlambat menikah.
Sesungguhnya, usia hamil yang ideal adalah 20 - 35 tahun. Bila hamil lewat dari 35 tahun, rentan akan risiko. Pasalnya, kemampuan rahim dalam menerima embrio akan menurun dan terjadi penurunan fungsional hormon yang memengaruhi fungsi tubuh, termasuk sel telur.
Belum lagi kemungkinan-kemungkinan muncul risiko yang mengiringi kehamilan. Sebut saja, hipertensi, diabetes mellitus, perdarahan postpartum, hingga kehamilan ektopik. Tak hanya itu, janin atau bayi pun tak luput menanggung risiko, misalnya menderita down syndrome setelah lahir.
Umumnya, risiko-risiko di atas muncul pada pasangan istri (di atas 35 tahun) dan suami (di atas 45 tahun), utamanya pada kehamilan pertama.
Tip:
- Sebelum hamil, periksakan kesehatan Anda dan suami pada dokter kandungan.
- Catatlah kapan waktu menstruasi setiap bulan. Sehingga bila terlambat beberapa hari, Anda dapat mengetahui apakah terjadi kehamilan atau tidak. Sebaliknya, bila haid Moms tidak teratur, maka permasalahan itu bisa diketahui sejak dini dan langsung ditangani.
- Rajinlah mengonsumsi multivitamin yang mengandung asam folat.
- Jauhi kebiasan merokok, Napza pada saat sebelum dan sesudah kehamilan.
Lepas KB
Fakta:
Setelah menikah, ada pasangan istri – suami yang dengan alasan tertentu memutuskan untuk menunda memiliki momongan. Untuk itu, sang istri melakukan KB. Tapi saat kesiapan memiliki anak datang dan Anda melepas KB, masalah baru muncul: sulit hamil.
Biasanya, hal ini terjadi pada pemakaian KB hormonal yang cukup lama, seperti: pil, suntik, susuk. Memang untuk sementara waktu, hormon perempuan dalam kondisi tidak subur. Karena itu, Moms musti memulihkan keseimbangan hormonal.
Tip:
- Bagi Moms, lakukan regulasi haid agar siklus haid kembali normal dengan penggunaan hormon tertentu. Tujuannya, agar kelenjar endokrin bekerja kembali.
- Tugas Dads ialah memeriksa kembali kualitas dan kuantitas sperma. Bila ada masalah, segera berkonsultasi ke dokter.
- Jagalah asupan gizi agar seimbang, berolah raga, tidak merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol.
- Hindarilah stres.
Keguguran
Fakta:
Hampir 90 persen kasus keguguran disebabkan oleh faktor kelainan kromosom, pembawa sifat dalam inti sel yang diturunkan dari orangtua kepada anaknya.
Dan sisa penyebab lainnya, antara lain: masalah hormonal; infeksi: kelainan anatomis organ kandungan perempuan - misalnya Inkompetensi Serviks; penyakit-penyakit kronis, contohnya diabetes mellitus, hipertensi; dan gaya hidup tidak sehat, seperti merokok dan Napza.
Perlu diingat, kehamilan trimester pertama rawan terjadi keguguran. Karena itu, Moms musti menjaga kesehatan kandungan.
Tip:
- Kalau deteksi keguguran akibat infeksi, seperti virus, bakteri dan jamur, berantaslah dengan obat sesuai penyebabnya. Lakukan tes TORCH (Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes Simplex Virus II).
- Bagi Moms yang mempunyai masalah hormonal, konsultasilah dengan dokter kandungan agar diberikan terapi.
- Konsultasikan perencanaan kehamilan kepada dokter kandungan, utamanya bagi Moms yang mengalami keguguran dua kali atau lebih (abortus habitualis), memiliki riwayat penyakit kronis, dan kelainan pada organ kandungan.
Catatan: Khususnya pada kasus keguguran berulang, maka risiko keguguran pada kehamilan berikutnya cukup tinggi.
- Istirahatlah. Diharapkan peredaran darah lancar dan bentuk rahim kembali seperti semula dan hindari aktivitas yang menguras tenaga.
- Bangun komunikasi antara istri dan suami. Melalui komunikasi, pasangan dapat membicarakan rencana ke depan dan tidak larut dalam kubangan menyalahkan diri.
- Bila ingin ‘berhubungan’ tunggulah hingga masa satu kali siklus haid. Setelah keguguran, kesuburan akan datang pada 2 - 3 minggu.
- Sebelum hamil, asuplah asam folat - demi kesempurnaan tabung saraf otak dan tulang belakang serta kematangan organ-organ tubuh bayi. Kemudian, konsumsi pula antioksidan. Jangan lupa untuk mengasup gizi seimbang dan hindarilah rokok dan kafein.
Tapi, apa daya kalau si buah hati belum hadir ke dunia karena berbagai faktor, misalnya Anda dan suami sama-sama sibuk, faktor usia, Anda bermasalah setelah lepas KB. Atau, Anda sudah positif hamil, tapi kehilangan janin Anda beberapa saat kemudian. Jangan putus asa ya, Moms!
Pasangan sibuk
Fakta:
Belum punya anak padahal sudah lama menikah? Tak jarang keadaan itu membuat istri – suami merasa ‘terbebani’ karenanya. Padahal, pasangan istri - suami ini dinyatakan sehat secara medis - fungsi reproduksi tidak bermasalah.
Setelah dirunut penyebabnya, rupanya pasangan istri – suami ini sama-sama sibuk bekerja. Nah, disadari atau tidak, seringkali pasangan sibuk bekerja didera stres
Tahukah Anda, saat Anda stres, kadar hormon stres dalam tubuh Anda – cortisol – meningkat. Tingginya kadar cortisol mampu menekan produksi Gonadotropin- Releasing Hormone (GnRH). Hal ini bisa memengaruhi aktivitas seksual, seperti turunnya gairah seksual (libido) dan bisa menyebabkan timbulnya masalah seksual lainnya. Selain itu, stres turut menurunkan jumlah sperma pada pria dan menimbulkan masalah ovulasi pada perempuan.
Tip:
- Solusinya: usir stres! Itulah yang menjadi PR pasangan istri-suami agar cepat hamil. Caranya? Lakukan second honeymoon! Moms and Dads bisa rileks sejenak dan menikmati waktu berdua.
- Perhatikan masa subur. Moms bisa mengunakan patokan kalender. Bila Anda memiliki siklus 28 hari, maka ovulasi mulai sekitar 14 hari setelah periode akhir dimulai. Cara lainnya dengan memakai strip deteksi ovulasi. Dengan memeriksa urin, Anda dapat mendeteksi waktu ovulasi.
- Lakukan hubungan seksual secara rutin, setidaknya 3 - 4 kali dalam seminggu.
- Biasakan gaya hidup sehat misalnya dengan istirahat cukup, gizi seimbang, tidak mengasup Napza (Narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif), serta melakukan olahraga.
Hamil di atas 35 TAHUN
Fakta:
Kini tidak heran bila menjumpai perempuan yang akan hamil pada usia di atas 35 tahun. Misalnya yang dialami oleh perempuan yang sebelumnya mendahulukan karir, atau perempuan yang terlambat menikah.
Sesungguhnya, usia hamil yang ideal adalah 20 - 35 tahun. Bila hamil lewat dari 35 tahun, rentan akan risiko. Pasalnya, kemampuan rahim dalam menerima embrio akan menurun dan terjadi penurunan fungsional hormon yang memengaruhi fungsi tubuh, termasuk sel telur.
Belum lagi kemungkinan-kemungkinan muncul risiko yang mengiringi kehamilan. Sebut saja, hipertensi, diabetes mellitus, perdarahan postpartum, hingga kehamilan ektopik. Tak hanya itu, janin atau bayi pun tak luput menanggung risiko, misalnya menderita down syndrome setelah lahir.
Umumnya, risiko-risiko di atas muncul pada pasangan istri (di atas 35 tahun) dan suami (di atas 45 tahun), utamanya pada kehamilan pertama.
Tip:
- Sebelum hamil, periksakan kesehatan Anda dan suami pada dokter kandungan.
- Catatlah kapan waktu menstruasi setiap bulan. Sehingga bila terlambat beberapa hari, Anda dapat mengetahui apakah terjadi kehamilan atau tidak. Sebaliknya, bila haid Moms tidak teratur, maka permasalahan itu bisa diketahui sejak dini dan langsung ditangani.
- Rajinlah mengonsumsi multivitamin yang mengandung asam folat.
- Jauhi kebiasan merokok, Napza pada saat sebelum dan sesudah kehamilan.
Lepas KB
Fakta:
Setelah menikah, ada pasangan istri – suami yang dengan alasan tertentu memutuskan untuk menunda memiliki momongan. Untuk itu, sang istri melakukan KB. Tapi saat kesiapan memiliki anak datang dan Anda melepas KB, masalah baru muncul: sulit hamil.
Biasanya, hal ini terjadi pada pemakaian KB hormonal yang cukup lama, seperti: pil, suntik, susuk. Memang untuk sementara waktu, hormon perempuan dalam kondisi tidak subur. Karena itu, Moms musti memulihkan keseimbangan hormonal.
Tip:
- Bagi Moms, lakukan regulasi haid agar siklus haid kembali normal dengan penggunaan hormon tertentu. Tujuannya, agar kelenjar endokrin bekerja kembali.
- Tugas Dads ialah memeriksa kembali kualitas dan kuantitas sperma. Bila ada masalah, segera berkonsultasi ke dokter.
- Jagalah asupan gizi agar seimbang, berolah raga, tidak merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol.
- Hindarilah stres.
Keguguran
Fakta:
Hampir 90 persen kasus keguguran disebabkan oleh faktor kelainan kromosom, pembawa sifat dalam inti sel yang diturunkan dari orangtua kepada anaknya.
Dan sisa penyebab lainnya, antara lain: masalah hormonal; infeksi: kelainan anatomis organ kandungan perempuan - misalnya Inkompetensi Serviks; penyakit-penyakit kronis, contohnya diabetes mellitus, hipertensi; dan gaya hidup tidak sehat, seperti merokok dan Napza.
Perlu diingat, kehamilan trimester pertama rawan terjadi keguguran. Karena itu, Moms musti menjaga kesehatan kandungan.
Tip:
- Kalau deteksi keguguran akibat infeksi, seperti virus, bakteri dan jamur, berantaslah dengan obat sesuai penyebabnya. Lakukan tes TORCH (Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes Simplex Virus II).
- Bagi Moms yang mempunyai masalah hormonal, konsultasilah dengan dokter kandungan agar diberikan terapi.
- Konsultasikan perencanaan kehamilan kepada dokter kandungan, utamanya bagi Moms yang mengalami keguguran dua kali atau lebih (abortus habitualis), memiliki riwayat penyakit kronis, dan kelainan pada organ kandungan.
Catatan: Khususnya pada kasus keguguran berulang, maka risiko keguguran pada kehamilan berikutnya cukup tinggi.
- Istirahatlah. Diharapkan peredaran darah lancar dan bentuk rahim kembali seperti semula dan hindari aktivitas yang menguras tenaga.
- Bangun komunikasi antara istri dan suami. Melalui komunikasi, pasangan dapat membicarakan rencana ke depan dan tidak larut dalam kubangan menyalahkan diri.
- Bila ingin ‘berhubungan’ tunggulah hingga masa satu kali siklus haid. Setelah keguguran, kesuburan akan datang pada 2 - 3 minggu.
- Sebelum hamil, asuplah asam folat - demi kesempurnaan tabung saraf otak dan tulang belakang serta kematangan organ-organ tubuh bayi. Kemudian, konsumsi pula antioksidan. Jangan lupa untuk mengasup gizi seimbang dan hindarilah rokok dan kafein.
Baca Juga Yang Lainnya Tentang :