KESULITAN tidur di malam hari amat beragam, dari
tidak nyenyak, bermimpi buruk, hingga terjaga semalaman. Padahal,
setelah lelah beraktivitas sepanjang hari, tubuh seseorang membutuhkan
tidur untuk memulihkan organ-organ yang lelah dan membenahi organ yang
rusak.
Tidur juga penting untuk menenangkan pikiran dan
mengendurkan kerja otak. Dengan tidur yang cukup, kita akan dapat
menyongsong hari dengan tubuh segar dan pikiran jernih. Menurut Psikolog
Klinis dan Ahli Gangguan Tidur, Michael J Breus PhD dalam bukunya Good
Night: The Sleep Doctor's 4-Week Program to Better Sleep and Better
Health, kebutuhan tidur tiap malam yang direkomendasikan ialah
sekitar delapan jam.
Dengan berbagai aspek yang memengaruhi
kebutuhan tidur seseorang, sebagian besar kalangan dewasa muda tidur
sekitar 7,5 jam pada hari kerja dan 8,5 jam pada akhir pekan.
"Namun, kebutuhan setiap individu sangat bervariasi. Ada yang disebut
dengan orang yang butuh tidur dengan waktu singkat (short sleepers)
yaitu sekitar 5,5 jam dan tidur dengan waktu panjang (long sleepers)
hingga 9,5 jam," ujar Breus yang juga tercatat dalam American Board
of Sleep Medicine.
Kebutuhan tidur seseorang, lanjut
Breus, tergantung beberapa faktor antara lain kebutuhan tidur
berdasarkan keturunan, higienitas saat tidur, kualitas tidur, dan
kegiatan selama 24 jam per hari atau circadian rhythm. Sebagai
contoh, kebiasaan merokok, minum alkohol, dan olahraga dapat memengaruhi
kebiasaan tidur secara dramatis.
Kebiasaan yang dilakukan di
tempat tidur seperti membaca atau menonton televisi dan paparan cahaya
di kamar tidur juga akan mempengaruhi tidur, baik kualitas maupun
kuantitasnya.
"Semua ini akan turut berinteraksi untuk
menentukan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk tidur hingga bangun
dengan perasaan segar sepanjang hari," terang Breus.
Dia
menuturkan sebuah studi klasik yang dilakukan terhadap sukarelawan yang
ditempatkan di tempat tidur tanpa jendela, cahaya yang dikontrol selama
30 hari. Cahaya dinyalakan selama 16 jam dan dimatikan selama 8 jam.
Tapi, dalam studi ini para partisipan juga dapat mematikan atau
menyalakan sesuai keinginannya.
Sebelum dimulainya studi
tersebut, partisipan tidur sekitar 6,5 jam secara rutin. Kemudian pada
malam pertama eksperimen, dia tidur sekitar 8 jam. Pada malam kedua
selama 10 jam, lalu malam ketiga selama 12 jam dan pada malam keempat
selama 14 jam.
Setelah beberapa hari kemudian, partisipan
tersebut mulai mencoba mengurangi waktu tidurnya hingga stabil yaitu
sekitar 8 jam 13 menit.
"Eksperimen ini kemudian dilakukan
secara berulang-ulang pada berbagai jenis orang dengan hasil yang sama.
Dari penelitian ini, rekomendasi untuk tidur selama delapan jam
berasal," tegas Breus.
Mengenai kesulitan tidur yang
seringkali dialami, Dr Nino Murcia, Pemimpin klinik Insomnia di
Stanford, Amerika Serikat mengatakan, dia belum pernah menemukan
gangguan tidur yang hanya disebabkan satu faktor saja, melainkan banyak
faktor.
"Dalam temuan para ahli, setidaknya ada empat faktor
penyebab insomnia yakni predisposisi psikologis dan biologis, penggunaan
obatobatan dan alkohol, lingkungan yang mengganggu, serta kebiasaan
buruk," ujar Murcia.