Fenomena hypnosis terjadi ketika seseorang (selanjutnya disebut: subjek)
mengalami perubahan pada persepsi, memori atau mood-nya sebagai respon
atas sugesti yang diberikan oleh hypnotist (selanjutnya disebut:
praktisi) .
Untuk menjelaskan fenomena ini agak sulit karena hal ini sebenarnya
merupakan fenomena yang abstrak dan eksperensial, perlu dialami.
Berdasarkan pengalaman, saat sesi hypnosis berlangsung saya di Prima
Study memberikan panduan kepada subjek guna menciptakan situasi yang
diinginkan, tentunya dengan mengacu pada kemampuan si subjek. Pada
kondisi ini, distorsi informasi sangat dimungkinkan terjadi. Karenanya
keakuratan informasi hanya dapat ditentukan berdasarkan informasi yang
diingat si subjek (memori subjek) .
Sejalan dengan pernyataan di atas, jika subjek termotivasi untuk memberikan informasi yang keliru pada saat hypnosis (misalnya dengan melaporkan suatu pengalaman yang sebenarnya tidak terjadi) maka hal itu sangat dimungkinkan. Pada kondisi tersebut umumnya subjek memberikan informasi sebagai tanggapan atas informasi masukan yang diberikan saat sesi hypnosis berlangsung. Penting untuk diperhatikan, bahwa hal ini sebenarnya menunjukan bahwa imajinasi subjek dapat terus bekerja dalam kondisi hypnosis dan bukan ingin memberikan kesimpulan bahwa hypnosis yang menyebabkan terjadinya distorsi informasi. Menurut Echabe dan Rovira, 1989, memori sangat dipengaruhi oleh representasi yang sebelumnya telah ada (pre-existing), namun kejadian atau informasi tambahan setelahnya (postevent) juga sangat efektif untuk menciptakan distorsi informasi, baik pada dewasa maupun pada anak-anak (Ceci, Ross & Toglia, 1987).
Sejalan dengan pernyataan di atas, jika subjek termotivasi untuk memberikan informasi yang keliru pada saat hypnosis (misalnya dengan melaporkan suatu pengalaman yang sebenarnya tidak terjadi) maka hal itu sangat dimungkinkan. Pada kondisi tersebut umumnya subjek memberikan informasi sebagai tanggapan atas informasi masukan yang diberikan saat sesi hypnosis berlangsung. Penting untuk diperhatikan, bahwa hal ini sebenarnya menunjukan bahwa imajinasi subjek dapat terus bekerja dalam kondisi hypnosis dan bukan ingin memberikan kesimpulan bahwa hypnosis yang menyebabkan terjadinya distorsi informasi. Menurut Echabe dan Rovira, 1989, memori sangat dipengaruhi oleh representasi yang sebelumnya telah ada (pre-existing), namun kejadian atau informasi tambahan setelahnya (postevent) juga sangat efektif untuk menciptakan distorsi informasi, baik pada dewasa maupun pada anak-anak (Ceci, Ross & Toglia, 1987).
Memori merupakan proses konstruktif dan rekonstruktif. Hal ini menunjukan suatu proses yang sangat dinamis. Berbagai perubahan yang terjadi pada memori sangat erat kaitannya dengan kondisi emosional individu bersangkutan. Memang hypnosis dapat meningkatkan kuantitas memori individu, sehingga individu bersangkutan dapat mengingat lebih banyak informasi. Namun perlu juga dicermati bahwa akurasi dari informasi tersebut sangat bergantung sepenuhnya pada individu bersangkutan. Keyakinan individu dapat muncul salah satunya karena preferensinya pada suatu kejadian atau informasi. Kembali lagi hal ini menekankan bahwa emosi memainkan peranan yang sangat penting dalam pembentukan memori. Untuk lebih menjelaskan mengenai hal ini, perlu juga dibahas mengenai fenomena pseudomemory.
Baca Juga Yang Lainnya Tentang :