MENDENGKUR, suara nyaring yang keluar dari saluran
pernapasan bagian atas sebagai hasil getaran atap lunak rongga mulut dan
uvula, sepotong daging kecil yang menggantung di belakangnya.
Sederhana, namun dapat menjadi perhatian khusus pasangan ataupun
tetangga penderita kebiasaan buruk ini.
Dr Ralph E Stanley FRCS, konsultan senior Stanley Ear Nose Throat & Sinus Centre, Gleneagles Medical Centre, Singapura, mengatakan diagnosis dapat ditegakkan melalui pemeriksaan telinga, hidung, dan tenggorokkan secara saksama menggunakan laringoskop hidung untuk menelaah apakah terdapat sumbatan di hidung dan sinus-sinusnya hingga saluran tenggorok. Kasus yang paling banyak ditemukan adalah infeksi sinus hidung, pembesaran konka hidung, polip hidung, dan pembesaran tonsil. Bagian dasar lidah pun tak luput dari pengamatan.
“Pemeriksaan lain yang dilakukan adalah polisomnografi semalam (pembelajaran tidur), yang dapat dilakukan di mana saja. Pemeriksaan noninvasif ini menggunakan sensor atau elektroda yang diletakkan pada kulit dan dihubungkan ke monitor yang memuat skala parameter semua gelombang otak (EEG), ketegangan otot, gerakan dada dan mata, aliran napas hidung/mulut, kadar oksigen dalam darah, dan rekaman dengkuran. Keseluruhan paramater ini ditangkap oleh komputer, disimpan, dan diinterpretasikan oleh dokter pemeriksa. Pemeriksaan ini merupakan ‘standar emas’ penegakkan diagnosis dan derajat keparahannya,” jelasnya.
Dr Ralph mengatakan bahwa informasi yang didapatkan dari dua jenis pemeriksaan di atas, membantu dokter untuk menentukan apakah penderita memiliki permasalahan dalam mendengkur atau sindroma apnea tidur atau keduanya dan derajat keparahan sindroma tersebut. Sindroma tahanan saluran napas bagian atas terkadang sulit ditegakkan dan ditengarai sebagai akibat dari peningkatan gairah dengan riwayat mengantuk berlebihan di kala siang.
“Penyeimbangan berat badan dan olahraga teratur adalah dua langkah dasar yang dapat dilakukan penderita untuk mengatasi dengkuran kala tidur dan sindrom apnea obstruktif. Hindari konsumsi obat-obat penenang atau sejenisnya, serta kurangi asupan alkohol. Apabila dengkuran memburuk dalam posisi terlentang, hendaknya penderita mengubah posisi tidur menjadi miring, agar lidah tidak jatuh ke belakang, dan menghalangi jalan napas. Tangani infeksi dan alergi pada hidung dan sinus secara medis dengan baik untuk membuka sumbatan saluran nafas, khususnya pada hidung,” sarannya.
“Penderita sindrom apnea tidur dengan dengkuran dan/atau sindroma tahanan saluran napas bagian atas, saya anjurkan menjalani terapi penekanan positif saluran napas pada hidung secara berlanjut atau CPAP (Continuous Positive Airway Pressure). Dalam hal ini, penderita harus tidur dengan masker wajah/hidung yang dihubungkan dengan tabung fleksibel untuk sebuah mesin kecil yang berfungsi untuk memampatkan udara ambien, kemudian udara ini ditransfer ke dalam hidung pasien untuk membuka saluran nafas, sehingga dengkuran berkurang dan meningkatkan kualitas tidur penderita. Kendati menunjukkan angka keberhasilan terapi yang cukup memuaskan, sepertiga penderita menolak karena kurang nyaman tidur dengan mesin dan masker. Sedangkan pada penderita sindroma apnea tidur ringan dengan dengkuran, dapat melebarkan jalur tenggorok dengan peralatan gigi khusus yang mendorong maju rahang, sehingga meningkatkan aliran udara tenggorok dan mengurangi dengkuran. Peralatan ini harus digunakan dengan hati-hati karena menekan sendi rahang,” paparnya.
Beberapa terapi pembedahan spesifik bisa pula dilakukan sesuai dengan kondisi penderita.
“Karena itu, waspadai gaya tidur Anda. Segera konsultasikan diri Anda ke dokter, apabila merasa menderita sindroma apnea tidur. Mengorok sama sekali bukan suatu aktifitas yang patut ditertawakan, karena erat kaitannya dengan penekanan kuat sistem kerja jantung serta syaraf tubuh. Mengorok bukan suatu bagian dari humor kehidupan, dan dapat ditangani dengan atau tanpa operasi,” tutupnya.
Baca Juga Yang Lainnya Tentang :
Dr Ralph E Stanley FRCS, konsultan senior Stanley Ear Nose Throat & Sinus Centre, Gleneagles Medical Centre, Singapura, mengatakan diagnosis dapat ditegakkan melalui pemeriksaan telinga, hidung, dan tenggorokkan secara saksama menggunakan laringoskop hidung untuk menelaah apakah terdapat sumbatan di hidung dan sinus-sinusnya hingga saluran tenggorok. Kasus yang paling banyak ditemukan adalah infeksi sinus hidung, pembesaran konka hidung, polip hidung, dan pembesaran tonsil. Bagian dasar lidah pun tak luput dari pengamatan.
“Pemeriksaan lain yang dilakukan adalah polisomnografi semalam (pembelajaran tidur), yang dapat dilakukan di mana saja. Pemeriksaan noninvasif ini menggunakan sensor atau elektroda yang diletakkan pada kulit dan dihubungkan ke monitor yang memuat skala parameter semua gelombang otak (EEG), ketegangan otot, gerakan dada dan mata, aliran napas hidung/mulut, kadar oksigen dalam darah, dan rekaman dengkuran. Keseluruhan paramater ini ditangkap oleh komputer, disimpan, dan diinterpretasikan oleh dokter pemeriksa. Pemeriksaan ini merupakan ‘standar emas’ penegakkan diagnosis dan derajat keparahannya,” jelasnya.
Dr Ralph mengatakan bahwa informasi yang didapatkan dari dua jenis pemeriksaan di atas, membantu dokter untuk menentukan apakah penderita memiliki permasalahan dalam mendengkur atau sindroma apnea tidur atau keduanya dan derajat keparahan sindroma tersebut. Sindroma tahanan saluran napas bagian atas terkadang sulit ditegakkan dan ditengarai sebagai akibat dari peningkatan gairah dengan riwayat mengantuk berlebihan di kala siang.
“Penyeimbangan berat badan dan olahraga teratur adalah dua langkah dasar yang dapat dilakukan penderita untuk mengatasi dengkuran kala tidur dan sindrom apnea obstruktif. Hindari konsumsi obat-obat penenang atau sejenisnya, serta kurangi asupan alkohol. Apabila dengkuran memburuk dalam posisi terlentang, hendaknya penderita mengubah posisi tidur menjadi miring, agar lidah tidak jatuh ke belakang, dan menghalangi jalan napas. Tangani infeksi dan alergi pada hidung dan sinus secara medis dengan baik untuk membuka sumbatan saluran nafas, khususnya pada hidung,” sarannya.
“Penderita sindrom apnea tidur dengan dengkuran dan/atau sindroma tahanan saluran napas bagian atas, saya anjurkan menjalani terapi penekanan positif saluran napas pada hidung secara berlanjut atau CPAP (Continuous Positive Airway Pressure). Dalam hal ini, penderita harus tidur dengan masker wajah/hidung yang dihubungkan dengan tabung fleksibel untuk sebuah mesin kecil yang berfungsi untuk memampatkan udara ambien, kemudian udara ini ditransfer ke dalam hidung pasien untuk membuka saluran nafas, sehingga dengkuran berkurang dan meningkatkan kualitas tidur penderita. Kendati menunjukkan angka keberhasilan terapi yang cukup memuaskan, sepertiga penderita menolak karena kurang nyaman tidur dengan mesin dan masker. Sedangkan pada penderita sindroma apnea tidur ringan dengan dengkuran, dapat melebarkan jalur tenggorok dengan peralatan gigi khusus yang mendorong maju rahang, sehingga meningkatkan aliran udara tenggorok dan mengurangi dengkuran. Peralatan ini harus digunakan dengan hati-hati karena menekan sendi rahang,” paparnya.
Beberapa terapi pembedahan spesifik bisa pula dilakukan sesuai dengan kondisi penderita.
“Karena itu, waspadai gaya tidur Anda. Segera konsultasikan diri Anda ke dokter, apabila merasa menderita sindroma apnea tidur. Mengorok sama sekali bukan suatu aktifitas yang patut ditertawakan, karena erat kaitannya dengan penekanan kuat sistem kerja jantung serta syaraf tubuh. Mengorok bukan suatu bagian dari humor kehidupan, dan dapat ditangani dengan atau tanpa operasi,” tutupnya.