Para ibu modern kini lebih
memilih menggunakan popok sekali pakai (diapers) sebagai pengganti popok
kain. Survei terhadap 3.000 orangtua yang memiliki bayi di ASEAN
termasuk Indonesia menunjukkan, kebanyakan orangtua mulai menggunakan
popok bayi sekali pakai sejak dini, bahkan sejak bayi baru lahir.
Sebanyak 80 persen orang tua terutama di perkotaan menggunakan popok sekalipakai daripada popok kain dengan alasan kepraktisan. Para ibu yang memiliki bayi dengan gerakan mulai aktif di usia 0-6 bulan, mayoritas mengaku kesulitan menempatkan posisi popok di tengah serta merekatkannya.
Hal itu senada dengan survei Nielsen selama 2008-2010, yang
memperlihatkan popok sekali pakai mendorong pertumbuhan kebutuhan
sehari-hari (personal) care hingga 145 persen.
Meisya Siregar, aktris yang juga memiliki bayi baru lahir mengungkap popok sekali pakai membantu ibu dan bayi. Sensitivitas bayi sekaligus gerakan yang aktif dari anak keduanya, Song Louisa Mu'khadijah (tiga bulan) membuat Meisya memilih yang popok lebih praktis.
"Popok yang sesuai dan lembut bagi kulit dan gampang dipakaikan membantu pekerjaan ibu. Popok celana lebih cepat dipakai sehingga membuat waktu ibu dan bayi lebih berkualitas," katanya.
Penggunaan popok dalam sejarah manusia telah tercatat dalam dokumen Mesir, Aztec, Romawi kuno yang melukiskan kegiatan sehari-hari. Awalnya popok terbuat dari kulit binatang, lumut, linen, dedaunan dan sejenisnya. Di akhir abad ke-19, bayi-bayi di Eropa dan Amerika Utara mulai mengenakan popok kain, dari linen atau flanel.
Popok kain langsung digemari karena bahannya yang halus membuat bayi merasa nyaman, kering dan mudah bergerak. Bahan yang tipis, dapat dicuci berulang-ulang dan disertai gambar serta pilihan warna sangat digemari kaum ibu di belahan dunia utara.
Namun di balik kelebihannya popok kain memiliki kekurangan seperti tidak praktis saat bepergian, menyulitkan saat si kecil buang air besar atau kecil serta perlu mengganti popok berkali-kali. Terlebih lagi perlu upaya ekstra untuk membersihkan popok kain.
Revolusi popok sekali pakai mulai diperkenalkan pada 1942 dan berubah menjadi industri sejak 1950-an. Hingga kini, popok sekali pakai telah menjadi pilihan bagi para ibu rumah tangga dan terus meningkat permintaannya.
Belakangan, isu lingkungan memunculkan inovasi termasuk popok. Meski masih dalam jumlah relatif kecil, orangtua mulai melirik popok kain plus-plus atau cloth diapers, disingkat 'clodi'. Popok jenis ini menampung urin seperti popok sekali pakai namun dapat dicuci dan digunakan berkali-kali layaknya popok kain.
Baca Juga Yang Lainnya Tentang :
Meisya Siregar, aktris yang juga memiliki bayi baru lahir mengungkap popok sekali pakai membantu ibu dan bayi. Sensitivitas bayi sekaligus gerakan yang aktif dari anak keduanya, Song Louisa Mu'khadijah (tiga bulan) membuat Meisya memilih yang popok lebih praktis.
"Popok yang sesuai dan lembut bagi kulit dan gampang dipakaikan membantu pekerjaan ibu. Popok celana lebih cepat dipakai sehingga membuat waktu ibu dan bayi lebih berkualitas," katanya.
Penggunaan popok dalam sejarah manusia telah tercatat dalam dokumen Mesir, Aztec, Romawi kuno yang melukiskan kegiatan sehari-hari. Awalnya popok terbuat dari kulit binatang, lumut, linen, dedaunan dan sejenisnya. Di akhir abad ke-19, bayi-bayi di Eropa dan Amerika Utara mulai mengenakan popok kain, dari linen atau flanel.
Popok kain langsung digemari karena bahannya yang halus membuat bayi merasa nyaman, kering dan mudah bergerak. Bahan yang tipis, dapat dicuci berulang-ulang dan disertai gambar serta pilihan warna sangat digemari kaum ibu di belahan dunia utara.
Namun di balik kelebihannya popok kain memiliki kekurangan seperti tidak praktis saat bepergian, menyulitkan saat si kecil buang air besar atau kecil serta perlu mengganti popok berkali-kali. Terlebih lagi perlu upaya ekstra untuk membersihkan popok kain.
Revolusi popok sekali pakai mulai diperkenalkan pada 1942 dan berubah menjadi industri sejak 1950-an. Hingga kini, popok sekali pakai telah menjadi pilihan bagi para ibu rumah tangga dan terus meningkat permintaannya.
Belakangan, isu lingkungan memunculkan inovasi termasuk popok. Meski masih dalam jumlah relatif kecil, orangtua mulai melirik popok kain plus-plus atau cloth diapers, disingkat 'clodi'. Popok jenis ini menampung urin seperti popok sekali pakai namun dapat dicuci dan digunakan berkali-kali layaknya popok kain.