Diantara finalis Indonesia Mencari Bakat (IMB) yang tayang di TransTV, ada nama Hudson Prananjaya.
Selain mengandalkan suara merdu, penampilannya eksentrik. Dalam setiap
aksi, laki-laki 31 tahun itu membagi tubuhnya menjadi dua karakter.
Sebelah kiri menjadi Hudson, yang kanan Jessica.
Kalau mengenakan riasan, dengan mudah sosok Hudson diketahui. Tapi,
tanpa make-up, dia agak sulit dikenali. Ketika ingin menemuinya di
gedung TransTV . Di situ, peserta IMB berkumpul.
Setelah pandangan mata menyapu seluruh ruang, tak terlihat sosok
Hudson. Hanya ada personel Funky Papua, JP Millenix, anggota Klanthink,
serta beberapa orang lain. Tak lama kemudian, muncul seorang laki-laki
yang mengenakan T-shirt putih dan celana jins. Dialah Hudson. Gayanya kasual, jauh berbeda dengan tampilannya di atas panggung yang glamor.
Mengawali perbincangan, laki-laki yang biasanya dipanggil Yosan
tersebut menceritakan konsep penampilannya tadi malam. “Saya lebih
simpel saja. Tapi, packaging-nya bagus. Soalnya, minggu-minggu lalu saya
tampil dengan lagu rock, dance, dan dansa. Itu sangat menguras pikiran
dan tenaga,” ungkap laki-laki dari Jogjakarta itu.
Tadi malam Hudson membawakan lagu Irwansyah dan Acha Septriasa yang
berjudul My Heart. Tentu saja Hudson berduet dengan Jessica. Sejak
menjadi peserta IMB, bungsu di antara lima bersaudara itu memang harus
bekerja keras memikirkan konsep penampilan setiap minggu. “Kadang memang
mentok, konsep apa lagi ya yang harus dipakai,” katanya.
Apa yang dirasakan oleh Hudson sekarang sama dengan yang terjadi tiga
tahun lalu. Ketika itu dia bekerja sebagai event manager sebuah kelab
di Jakarta. Posisi tersebut menuntut dia untuk merancang sekaligus
melaksanakan pertunjukan apik di kelab itu. “Sama saja sih dengan
sekarang. Bedanya, di sini tampil seminggu dua kali, sedangkan di kelab
dulu harus buat pertunjukan seminggu empat kali,” ucapnya lantas
tertawa.
Pertunjukan two faces milik Hudson tersebut muncul gara-gara tuntutan
pekerjaan di kelab itu. Memasuki bulan ketiga menjadi event manager,
putra pasangan Ong Wa Hoe dan mendiang Daryanti tersebut kehabisan ide.
Dia tak tahu lagi apa yang akan disajikan kepada pengunjung kelab itu.
“Talent saya pernah saya suruh macam-macam. Nungging mau, bergelantungan
mau, apa lagi sekarang?” ucap dia. Akhirnya, dia berpikir melibatkan
dirinya dalam pertunjukan. “Sudah deh, saya saja. Saya kan bisa
menyanyi,” pikir dia kala itu.
Suara merdu Hudson berbeda dengan milik kebanyakan penyanyi
laki-laki. Dia punya karakter sopran, yang biasanya ada pada suara
perempuan. Hudson menyadari memiliki karakter suara unik tersebut saat
duduk di bangku SMA. Itu terjadi tanpa disengaja, dimulai dengan
kegagalan dalam semua lomba vokal yang dia ikuti.
Menurut Hudson, sejak kecil dia gemar menyanyi. Oleh orang tuanya,
dia diikutkan les vokal. Mulailah Hudson aktif mengikuti lomba menyanyi.
“Tapi, ya itu, nggak pernah menang. Sampai saya putus asa,” katanya
lantas tertawa.
Penasaran, Hudson bertanya kepada seorang juri yang kebetulan sering
melihatnya mengikuti lomba. Dia ingin tahu tentang penyebab dirinya
selalu kalah. Padahal, suaranya tidak fals dan teknik menyanyinya benar.
Juri itu lantas berkata, “Nyanyi kamu benar, tidak fals, cuma suara
kamu sopran seperti perempuan.”
Mendengar penjelasan juri, Hudson malu. “Oh my God, malu banget.
Sudah ganteng, pakai jas dan dasi, tapi suaranya melengking seperti
perempuan,” ucap dia lantas terbahak.
Setelah tahu, Hudson berpikir sekalian saja berdandan ala perempuan
untuk memanfaatkan kelebihan suara itu. Lalu, lahirlah karakter Jessica
yang merupakan hasil fantasi Hudson. “Nama Jessica merupakan ide
teman-teman,” tuturnya.