Stres pada anak ternyata bukan disebabkan oleh jadwal yang padat, tetapi
karena lingkungan sekitarnya termasuk Anda sebagai orangtuanya.
Emosi yang Anda luapkan saat marah terkadang membuatnya stres, seperti membanting pintu lemari sampai menimbulkan suara keras atau kata-kata kasar yang keluar dari mulut Anda. Hal ini tidak hanya menimbulkan efek samping secara psikologis, tapi juga menyebabkan masalah kesehatan serius pada anak.
Beberapa studi menemukan bahwa anak yang terlalu resah mempunyai kadar antibodi pembasmi virus lebih rendah di dalam saluran pernafasan atas sehingga mereka lebih rentan terhadap pilek dan flu. Hal tersebut juga dapat memicu penyakit atau memperburuk asma, diabetes dan penyakit kronik lainnya pada anak yang sudah terjangkit terhadap penyakit itu.
Efek negatif stres pada orangtua dapat mempengaruhi anak sejak usia dini, bahkan bayi pun bisa merasakan ketegangan serta keresahan ibu atau ayahnya. Genetika dan temperamen ikut berperan besar dalam menentukan ketahanan anak terhadap stres.
Bayi yang berpembawaan lembut sering bereaksi terhadap keresahan orangtuanya dengan menjadi rewel dan sulit ditenangkan. Anda dapat memindahkan ketegangan kepada bayi lewat sentuhan, gerakan dan nada suara.
Orangtua stres yang pikirannya dikuasai masalahnya sendiri kemungkinan tak bisa berhubungan dengan anaknya secara emosional atau menenangkan di saat tidak bahagia. Bayi yang tidak ditenangkan tidak dapat mengembangkan kemampuan batinnya untuk bisa menenangkan dirinya.
Saat bayi tumbuh menjadi batita dan usia prasekolah, kemungkinan Anda menjadi lebih tidak sabar dengannya saat sedang menghadapi masalah. Ini membuat anak menjadi resah dan tidak aman, kemudian dapat meningkatkan stres Anda.
Ketegangan yang dipindahkan dari orangtua ke anak dan sebaliknya dapat berkembang menjadi spiral negatif. Anak mungkin menganggap bahwa dirinya adalah penyebab kemarahan Anda, lalu mulai menutupi perasaannya atau menjauhi Anda.
Pada anak usia di bawah 5 tahun, stres tidak bisa diketahui oleh Anda, karena mereka belum bisa mengungkapkan perasaannya yang kompleks dengan kata-kata. Itu sebabnya penting untuk memperhatikan sinyal-sinyal bahwa anak terlalu tertekan. Tanda-tandanya bisa Anda kenali dengan anak mungkin jadi mudah marah, agresif, menarik diri, sulit tidur, hilang nafsu makan atau menjadi lebih panik.
Selain menelusuri perilaku anak yang bermasalah, coba bicara dengan dokter anak atau minta masukan dari guru atau pengasuhnya. Tapi jika anak menjadi hiper waspada dan tampak terus menerus cemas dengan bahaya, kemungkinan anak memerlukan bantuan dari ahli kesehatan mental. Yakinkan anak bahwa Anda akan melakukan segala sesuatu yang bisa dilakukan untuk menjaganya tetap aman dan selamat.
Anak akan merasa lebih bisa mengendalikan kehidupannya jika mereka melihat Anda bisa mengendalikan kehidupan Anda. Jadi pastikan reaksi Anda terhadap stres tidak mempengaruhi anak. Pikirkan apa yang bisa Anda lakukan untuk meminimalisir tingkat stres Anda. Saat merasa kemarahan Anda memuncak, beri waktu kepada diri Anda untuk menenangkan diri atau hitung sampai 10 agar tidak lepas kendali.
Baca Juga Yang Lainnya Tentang :