WASHINGTON—Fosil yang baru saja ditemukan di Gurun Sahara menunjukkan bahwa dahulu daerah rawa di dunia dibagi menjadi setengah lusin spesies buaya yang unik dan cerdas, menurut laporan peneliti pada 19 November lalu.
Mereka sudah memberi sebagian dari spesies baru tersebut julukan, yakni BoarCroc (Buaya Babi), RatCroc (Buaya Tikus), DogCroc (Buaya Anjing), DuckCroc (Buaya Bebek) dan PancakeCroc (Buaya Panekuk). Mereka juga mengatakan penemuan mereka akan membantu memahami buaya dan cara hidupnya.
Mereka hidup selama periode Cretaceous 145 juta sampai 65 juta tahun yang lalu, ketika antar benua saling berdekatan serta lebih hangat dan basah daripada saat ini.
“Kami heran menemukan begitu banyak spesies dari waktu dan tempat yang sama,” kata palentolog Hans Larsson McGill University di Montreal, Kanada, yang melakukan studi tersebut.
“Ternyata masing-masing buaya mempunyai makanan dan perilaku yang berbeda. Nampaknya mereka sudah membagi ekosistemnya, masing-masing spesies menjalani cara hidup mereka sendiri.”
Larsson dan Paul Sereno dari Universitas Chicago, didanai oleh National Geographic, mempelajari rahang, gigi dan tulang belulang buaya. Mereka juga melakukan pemeriksaan CT scan, komputer yang memiliki kemampuan sinar-X untuk melihat di dalam tengkorak.
Dua spesies, DogCroc dan DuckCroc, mempunyai otak yang kelihatan berbeda dengan buaya moderen.
“Mereka mungkin mempunyai otak yang lebih canggih dari buaya sekarang karena mereka aktif berburu di tanah yang memerlukan lebih banyak tenaga otak daripada yang hanya menunggu mangsa saja,” kata Larsson.
RatCroc, spesies baru yang secara formal dipanggil Araripesuchus Rattoides, ditemukan di Maroko dan biasa memakai rahang bawahnya yang tonggos untuk menggali makanan.
PancakeCroc, dikenal secara ilmiah sebagai Laganosuchus thaumastos, berukuran 20 kaki dengan kepala datar yang besar.
DuckCroc mewakili fosil baru yang ditemukan di Niger dari spesies yang dulunya dikenal bernama Anatosuchus minor. Mereka memakan daging dan katak dengan moncong lebarnya.
BoarCroc yang lebih ganas sebesar 20 kaki tetapi bisa berlari tegak dan rahangnya dipakai untuk mengunyah, dengan tiga pasang gigi seperti pisau.
Ada yang berjalan tegak dengan kaki mereka di bawah badan seperti seekor mamalia darat, perut yang menyentuh tanah.
“Bakat amfibi mereka dulu mungkin menjadi kunci penyebab mengapa perkembang biakan mereka sangat luas, dan akhirnya bertahan hidup melewati era dinosaurus,” tulis artikel terpisah Sereno untuk National Geographic.
Selamat mencoba , semoga bermanfaat dan berguna untuk anda..copy paste di bolehkan, asal tidak menjelek2kan artikel ini yang telah dibuat.Terima kasih telah berkunjung di Ihsan_blogs ..
created by IHSAN.