“Fosil hidup” pohon memuat cetakan genetic dari hutan hujan pada perubahan iklim.
Pokok dan akar pohon tropis Symphonia globulifera di sebuah hutan hujan di panama. (Credit: Rolando Pérez, Smithsonian Tropical Research Institute)
ScienceDaily (Oct. 31, 2008) — Sebuah spesies “fosil hidup” membantu seorang peneliti University of Michigan memahami bagaimana hutan tropis merespon pada perubahan iklim di masa lalu dan bagaimana mereka bereaksi pada pemanasan global di masa datang
Riset ini muncul pada jurnal Evolution edisi November.
Symphonia globulifera adalah sebuah pohon tropis biasa dengan sejarah 45 juta tahun di afrika, kata Christopher Dick, seorang professor of ecology and evolutionary biology yang menjadi penulis utama paper ini. Ia aneh dibandingkan pohon tropis lainnya karena memiliki catatan fosil yang bagus, sebagian karena industri minyak memakai fosil serbuk sarinya sebagai alat stratigrafis.
Sekitar 15 hingga 18 juta tahun lalu, deposit serbuk sari fosil menunjukkan Symphonia mendadak muncul di Amerika selatan kemudian di amerika tengah. Tidak seperti kapuk, sebuah pohon tropis dengan persebaran sama yang juga dipelajari Dick, Symphonia tidak sewajarnya menyeberang samudera-benihnya kering dengan mudah dan tidak toleran terhadap air asin. Jadi bagaimana Symphonia mencapai neotropis? Paling mungkin benih dari afrika mengambang pada rakit tanaman, seperti monyet, kata Dick. Bahkan seluruh pokok, yang dapat membawa pucuknya saat mereka mendarat di tempat yang cocok. Karena amerika tengah dan selatan tidak punya hubungan darat saat itu, Symphonia mesti mengkoloni tiap daerah secara terpisah.
Saat Symphonia mencapai rumah barunya, ia menyebar di hutan hujan neotropis. Dengan mengukur keragaman genetic antara populasi yang ada, Dick dan rekannya Myriam Heuertz dari Université Libre de Bruxelles mampu merekonstruksi sejarah lingkungan dari daerah yang dikoloni Symphonia.
"Utuk Amerika tengah, kami melihat sebuah pola pada Symphonia yang juga ditemukan dalam sejumlah spesies lain, dengan populasi genetic sangat terdiferensiasi sepanjang taman,” kata Dick. “KAmi piker pola ini adalah hasil dari sejarah hutan yang berbeda di MEsoamerika, dimana relative kering pada periode glacial 10 ribu tahun lalu. Di banyak tempat hutan terjaga hingga puncak bukit atau daerah rendah yang paling basah. Apa yang kita lihat dalam pola keragaman genetic adalah tanda dari sejarah hutan.”
Di inti Cekungan Amazon, yang lembab sepanjang periode glacial, memungkinkan hutan kontinu, keragaman genetic lebih sedikit ditemukan pada populasi, kata Dick. “LEbih sedikit diferensiasi sepanjang lembah Amazon daripada di tempat lain di amerika tengah.”
Studi ini pertama membuat perbandingan pola keragaman genetic di amerika tengah dan selatan. “Kami piker pola yang sama akan ditemukan pada spesies lain,” kata Dick.
Mempelajari bagaimana Symphonia merespon kondisi iklim masa lalu dapat membantu dalam memprediksi bagaimana hutan bereaksi pada perubahan lingkungan di masa depan, kata Dick.
“Pada scenario kehangatan dan kering yang bertambah, kita dapat melihat kalau populasi sepertinya terbatas, khususnya di amerika tengah, namun juga kalau mereka sepertinya akan bertahan, karena Symphonia telah bertahan di amerika tengah dan lembah amazon. Ini memberitahu kita kalau beberapa hal dapat bertahan walau banyak terjadi perubahan di hutan. Walau begitu, perubahan iklim di masa lalu tidak digabungkan dengan deforestrasi, seperti sekarang ini. Kombinasi factor ini dapat merusak pada banyak spesies – khususnya dengan jangkauan yang sempit – di abad mendatang.”
Para peneliti menerima dana dari National Science Foundation dan National Fund for Scientific Research of Belgium.
Selamat mencoba , semoga bermanfaat dan berguna untuk anda..copy paste di bolehkan, asal tidak menjelek2kan artikel ini yang telah dibuat.Terima kasih telah berkunjung di Ihsan_blogs ..
created by IHSAN.