Kisah ini sangat mirip dengan yang terjadi selama Perang Dingin. Kali ini, meskipun agen-agen inteligen itu adalah berasal dari China, yang bagi banyak orang merupakan mitra dagang yang dicari-cari. Targetnya bukanlah instansi pertahanan pemerintah maupun rahasia dagang perusahaan, tapi orang-orang yang berlatih disiplin meditasi spiritual Falun Gong.
Sun Dan [bukan nama sebenarnya], seorang sarjana keturunan China, dan warga Jerman, menemukan dirinya dalam situasi yang sulit ketika ayahnya di China sakit. Karena dia adalah seorang praktisi Falun Gong, aplikasi visanya menjadi sangat rumit.
Petugas visa di Kedutaan China di Berlin mengatur Sun untuk bertemu dengan dua orang dari China di sebuah restoran di pusat kota Berlin pada Maret 2006. Intelijen Jerman berpendapat bahwa petugas visa itu juga bekerja untuk agen inteligen China yang disebut Kementerian Keamanan Negara.
Awal 2008, Sun mengirimkan email-email internal Falun Gong kepada sebuah akun email yang dia gunakan untuk berkomunikasi dengan para petugas China, yang juga memiliki akses ke akun tersebut.
Sun membantah melakukan kesalahan, mengatakan yang dikirimnya adalah informasi publik, dan ia tidak tahu kalau pejabat China itu adalah mata-mata. Mereka ternyata adalah pejabat tingkat tinggi Kantor 610, dan salah satu dari mereka menyandang gelar wakil menteri.
Kantor 610
Kantor 610 adalah pusat komando pelaksana kebijakan Partai Komunis China (PKC) untuk menganiaya Falun Gong, sebuah kebijakan yang dimulai pada Juli 1999 oleh Jiang Zemin, pemimpin PKC waktu itu. Kantor itu tidak tercantum pada situs web resmi dan dokumen negara ataupun dari PKC. Ia beroperasi bagaikan sebuah agen rahasia.
Satu-satunya tujuan dari Kantor 610 adalah untuk membasmi Falun Gong. Karena Falun Gong sekarang dilatih di lebih dari 100 negara di seluruh dunia, perpanjangan tangan Kantor 610 menjangkau jauh di luar perbatasan China.
Aktivitas-aktivitas Kantor 610 di luar China bukanlah hal baru bagi mereka yang akrab dengan permasalahan yang tidak diketahui baik oleh publik ini. Pada Februari 2008, penulis Perancis Roger Faligot, yang telah menulis tentang 40 buku yang berhubungan dengan inteligen, menerbitkan "The Chinese Secret Services from Mao to the Olympic Games."
Dalam Bab 10, ia menjelaskan bagaimana kekuatan intelijen China dikerahkan di seluruh dunia untuk Olimpiade. Dia secara khusus menyebutkan bahwa Kantor 610 adalah termasuk dalam tim khusus itu. Kantor 610 akan ambil bagian karena telah menjadi organisasi utama yang ditugaskan oleh rezim komunis China untuk memantau Falun Gong di masyarakat Barat.
Chen Yonglin sebelumnya adalah seorang diplomat China di Konsulat China di Sydney, Australia. Setelah membelot pada 2005 karena menolak untuk melaksanakan perintah untuk menganiaya Falun Gong, ia mengklaim bahwa ada lebih dari 1.000 mata-mata di Australia, dengan sebagian besar dari mereka digunakan untuk memantau kegiatan praktisi Falun Gong.
Banyak diplomat dan mata-mata China tidak benar-benar muncul di daftar karyawan Kantor 610. Tapi ketika menyangkut masalah Falun Gong, mereka semua bekerja untuk Kantor 610. Chen Yonglin dari Australia dan petugas visa di Kedutaan Besar China di Berlin adalah kasus yang mirip - staf-staf dipekerjakan oleh korps diplomatik, tapi melakukan perintah dari Kantor 610.
Dibawah Pengaruh
Berbeda dengan Uni Soviet, yang selama Perang Dingin terutama tergantung pada para profesional, rezim China telah menggunakan setiap sumber daya yang memungkinkan untuk mendapatkan apa yang diinginkannya: mata-mata, bukan mata-mata, profesional, amatir, warga negara China, orang asing, mahasiswa, dan sarjana.
Richard Fadden, Direktur Intelijen Keamanan Kanada (CSIS), mengatakan pada CBC News bahwa beberapa politisi Kanada berada di bawah pengaruh pemerintah asing dan menyebutkan keterlibatan China.
Tentang bagaimana rezim komunis China bisa membuat para politisi Kanada jatuh ke dalam perangkapnya masih tidak jelas. Perangkap tidak harus diatur seperti cara tradisional Perang Dingin. Hubungan itu kadang-kadang dimulai dengan sebuah cara "tidak berbahaya," dengan subjek yang hanya menyangkut "urusan-urusan internal" China.
Alat-alat yang umum digunakan adalah isu Taiwan dan Falun Gong. Ada sebuah organisasi yang disebut "Dewan China untuk Promosi Reunifikasi Damai Nasional" (DCPRDN). "Reunifikasi Damai" terdengar seolah-olah hanya melibatkan urusan internal China saja, sehingga tidak ada yang peduli tentang kepentingan untuk mewaspadai mata-mata China. Tapi jika anda melihat situs DCPRDN, itu tidaklah sesederhana itu.
DCPRDN memiliki 131 cabang, 10 di Asia, 29 di Eropa, 20 di Amerika Utara, 24 di Amerika Selatan, 23 di Afrika, 19 di Pasifik, ditambah 6 di Taiwan, Hong Kong, dan Makao. Rezim komunis China mengklaim bahwa masalah Taiwan adalah urusan internal China dan tidak ada negara lain seharusnya ikut campur, jadi mengapa perlu begitu banyak cabang di negara-negara lain?
Kebanyakan cabang terdaftar sebagai LSM, tapi mereka hanya mendengarkan dan mengikuti perintah dari Beijing. Sebuah gambar di situs DCPRDN menunjukkan bahwa PKC menganggap cabang-cabang di seluruh dunia adalah bagian dari wilayahnya sendiri. Mungkin karena gambar itu terlalu jelas, sehingga ditarik kembali dan tidak terlihat di situs situs web lagi.
Kisah DCPRDN tidak berakhir dengan komunitas China. Salah satu contoh adalah John So, mantan walikota Melbourne, Australia. Setelah terpilih sebagai walikota, ia menjadi sasaran utama Front Persatuan Kerja PKC.
Setelah banyak usaha, dia direkrut ke dalam DCPRDN cabang Australia sebagai konsultan, bersama-sama dengan lebih dari selusin politisi Australia. Biasanya, kedaulatan dan unifikasi merupakan isu yang harus ditangani di tingkat federal atau negara. Ini tidak ada hubungannya dengan pejabat di tingkat lokal. Apa yang bisa politisi lokal Australia lakukan untuk reunifikasi China?
Setelah Walikota So menjadi bagian dari perpanjangan tangan PKC, dia berbuat banyak untuk melibatkan diri dalam isu China dan Taiwan. Dia melakukan hal-hal lain sesuai dengan kebijakan PKC. Pada 2002, ia menolak aplikasi Asosiasi Falun Dafa Melbourne untuk menghadiri parade Moomba, bagian dari sebuah festival besar yang dirayakan setiap tahun di Melbourne.
Walikota So sepertinya telah lupa bahwa negaranya adalah Australia, bukan China - penyangkalannya telah melanggar hukum Australia. Tindakannya itu membebani para pembayar pajak $ 200.000, dan dia juga diperintahkan untuk membuat permintaan maaf publik kepada kelompok Falun Gong.
Keserakahan rezim komunis China tidak ada habisnya. Pasukan-pasukan yang direkrut oleh rezim tidak akan terbatas pada keterlibatan dalam isu Taiwan atau masalah Falun Gong. Mereka dapat dengan mudah beralih ke masalah-masalah lain, politik ataupun ekonomi.
Hilangnya kebebasan di negara-negara Barat tidak akan terjadi dalam semalam, sebagai bagian dari individu-individu yang dikompromikan pada setiap waktu sebagai penentu nasib bangsa mereka sendiri. Bagai kodok dimasukkan ke dalam panic yang dipanaskan perlahan-lahan, pada saat katak merasa air terlalu panas, dia sudah tidak dapat berbuat apa-apa untuk membantu dirin mereka sendiri.
Selamat mencoba , semoga bermanfaat dan berguna untuk anda..copy paste di bolehkan, asal tidak menjelek2kan artikel ini yang telah dibuat.Terima kasih telah berkunjung di Ihsan_blogs ..
created by IHSAN.