Selasa, 07 Desember 2010

Risiko Persalinan Caesar


Risiko Persalinan Caesar



Operasi cesar tampaknya makin jadi pilihan, meski tak ada anjuran medis. Apa istimewanya? Ya, itu. Selain hari dan jam kelahiran bisa diatur, ibu pun tak perlu repot meneran. Tinggal berbaring, sret-sret, bayi keluar. Nyerinya juga tak separah persalinan normal, karena ibu dibius lokal atau total.
Tak heran, angka persalinan cesar di Indonesia terus meningkat. Data rumah-rumah sakit swasta di kota besar mencatat angka sekitar 30-80 persen. Banyaknya ibu hamil yang minta dicesar tanpa rekomendasi medis, diduga karena kurangnya informasi tentang itu.
Padahal, risiko operasi besar itu banyak dan serius, sehingga jauh lebih berbahaya dibanding persalinan normal. Dan yang harus memikul risiko itu tak cuma ibu. Bayi juga. Berikut ini 21 risiko operasi cesar. Semoga usai membacanya, Anda yang semula berniat menjalani persalinan cesar tanpa rekomendasi medis mau berpikir beberapa kali sebelum meminta dokter melakukannya.
Risiko pada Ibu terbagi menjadi dua, resiko jangka pendek dan panjang.
Risiko Jangka Pendek
1. Infeksi pada Bekas
Jahitan Infeksi luka akibat persalinan cesar beda dengan luka persalinan normal. Luka persalinan normal sedikit dan mudah terlihat, sedangkan luka operasi cesar lebih besar dan berlapis-lapis. Bila penyembuhan tak sempurna, kuman lebih mudah menginfeksi sehingga luka jadi lebih parah. Bukan tak mungkin dilakukan jahitan ulang.
2. Infeksi Rahim
Infeksi rahim terjadi jika ibu sudah kena infeksi sebelumnya, misal mengalami pecah ketuban. Saat dilakukan operasi, rahim pun terinfeksi. Apalagi jika antibiotik yang digunakan dalam operasi tak cukup kuat.
3. Keloid
Keloid atau jaringan parut muncul pada organ tertentu karena pertumbuhan berlebihan sel-sel pembentuk organ tersebut. Ukuran sel meningkat dan terjadilah tonjolan jaringan parut. Perempuan yang punya kecenderungan keloid tiap mengalami luka niscaya mengalami keloid pada sayatan bekas operasinya.
4. Cedera Pembuluh Darah
Pisau atau gunting yang dipakai dalam operasi berisiko mencederai pembuluh darah. Misalnya tersayat. Kadang cedera terjadi pada penguraian pembuluh darah yang melengket. Ini adalah salah satu sebab mengapa darah yang keluar pada persalinan cesar lebih banyak dibandingkan persalinan normal.
5. Cedera pada Kandung Kemih
Kandung kemih melekat pada dinding rahim. Saat operasi cesar dilakukan, organ ini bisa saja terpotong. Perlu dilakukan operasi lanjutan untuk memperbaiki kandung kemih yang cedera tersebut.
6. Perdarahan
Perdarahan tak bisa dihindari dalam proses persalinan. Namun, darah yang hilang lewat operasi cesar dua kali lipat dibanding lewat persalinan normal.
7. Air Ketuban Masuk ke Pembuluh Darah
Selama operasi cesar berlangsung pembuluh darah terbuka. Ini memungkinkan komplikasi berupa masuknya air ketuban ke dalam pembuluh darah (embolus). Bila embolus mencapai paru-paru, terjadilah apa yang disebut pulmonary embolism. Jantung dan pernapasan ibu bisa terhenti secara tiba-tiba. Terjadilah kematian mendadak.
8. Pembekuan Darah
Pembekuan darah bisa terjadi pada urat darah halus di bagian kaki atau organ panggul. Jika bekuan ini mengalir ke paru-paru, terjadilah embolus.
9. Kematian Saat Persalinan
Beberapa penelitian menunjukkan, angka kematian ibu pada operasi cesar lebih tinggi dibanding persalinan normal. Kematian umumnya disebabkan kesalahan pembiusan, atau perdarahan yang tak ditangani dengan cepat.
 
kirim komentar anda melalui emai disini

Baca Juga Yang Lainnya Tentang :

Kata Mereka