Seokor pengunin berada di pantai Tanjung Harapan. Di laut itu, menurut mitos, sering muncul Flying Dutchman.
Nyi Roro Kidul, "Flying Dutchman" menjadi mitos yang masih ditakuti sebagian masyarakat Afrika Selatan (Afsel), terutama para nelayan. Dia biasanya muncul di lautan selatan Tanjung Harapan atau Cape of Good Hope.
Ada yang melihat bentuknya seperti api melayang. Ada pula yang melihat seperti asap atau kabut yang bergerak, bagaikan kapal melayang di udara.
Jika sudah demikian, banyak kapal atau perahu yang menyingkir atau memilih untuk berlabuh. Sebab, ini pertanda buruk. Jika diteruskan, maka akan terjadi bencana yang mematikan. Demikian mitos masyarakat Afsel tentang Flying Dutchman.
"Sebagian nelayan sangat percaya mitos itu. Masyarakat sini juga banyak yang percaya. Kalau melihat hal seperti itu di lautan, para nelayan terkadang melakukan ritual atau memberi sesaji agar tak terjadi apa-apa," kisah Asep, staf Konsulat RI di Cape Town.
Banyak versi tentang asal mula kisah ini. Sebagian masyarakat mengatakan, Flying Dutchman adalah kapal yang tersesat di selatan Tanjung Harapan dan tak bisa pulang hingga kini. Dia dianggap kapal hantu yang menakutkan.
Dalam buku George Barrington, Voyage to Botany Bay (1795) bab VI, disebutkan, dia sering mendengar cerita tentang Flying Dutchman dari para nelayan sejak ada nelayan yang hilang di Tanjung Harapan. Namun, dia tak bisa menjelaskan itu fenomena apa. Begitu ada nelayan yang melihat gumpalan awan atau fenomena lain, mereka sering menyebutnya Flying Dutchman dan cerita segera meluas dan berkembang.
Beberapa sumber lain menyebutkan, Flying Dutchman adalah kapal yang dinakhodai kapten asal Belanda, Bernard Fokke, yang sering bolak-balik Belanda-Jawa. Dia bekerja sama dengan kekuatan jin hingga kapalnya bisa melaju dengan cepat, bahkan di udara.
Tanjung Harapan adalah tempat yang selalu dia lewati. Di situ pula dia sering terlihat oleh nelayan dan dianggap hantu.
Namanya mitos, kisah tentang hantu Flying Dutchman terus berkembang dalam berbagai versi. Namun, gumpalan asap atau api sering terlihat di lautan Cape Town seperti kapal hantu yang menakutkan. Beberapa ahli menilai itu bagian dari fenomena fatamorgana akibat kombinasi sinar matahari dan air laut. Namun, tetap saja banyak yang percaya ada hantu kapal Flying Dutchman di selatan Tanjung Harapan.
Yang pasti, di Piala Dunia 2010, Belanda menjadi "hantu" yang siap mengukir sejarah. Mereka telah menunjukkan ketangguhannya hingga melangkah ke final untuk beradu kekuatan lawan Spanyol, 11 Juli nanti.
Setelah gagal di final Piala Dunia 1974 dan 1978, Belanda berharap meraih gelar Piala Dunia pertama. Mereka telah sedikit mengubah gaya sepak bola total dan sejauh ini sukses. Sudah 25 pertandingan terakhir mereka tak terkalahkan.
Belanda memang masih tampil menyerang. Namun, mereka juga memperkuat pertahanan dan kerja tim yang solid. Itu yang membuat Belanda sulit dikalahkan dan produktif membobol gawang.
"Siapa pun ingin tampil indah, demikian juga kami. Tapi, saya punya cara sendiri merancang permainan. Organisasi harus rapi dan pertahanan juga kuat, selain tetap tampil menyerang," jelas Pelatih Belanda, Bert van Marwijk.
Jika Belanda adalah hantu Piala Dunia, maka mereka sudah hampir menguasai trofinya. Banyak lawan kuat sudah dilewatinya dan kini tinggal bagaimana Spanyol menghadapinya.
Tentu, Pelatih Vicente del Bosque tak perlu membuat sesaji atau ritual, seperti halnya nelayan Afsel menghadapi Flying Dutchman. Dia cukup meramu permainan sebaik mungkin, seperti yang mereka tunjukkan selama ini. Maka, final Piala Dunia 2010 bakal sangat menarik. Dua tim terkuat dan paling menarik beradu keterampilan, kekuatan, kecerdasan, taktik, dan tetap berharap kepada keberuntungan.
Del Bosque sendiri yakin kepada kekuatan timnya yang bertumpu pada kehebatan lini tengahnya. "Kami hanya tinggal menguasai permainan dan terus menyerang," katanya.
Selamat mencoba , semoga bermanfaat dan berguna untuk anda..copy paste di bolehkan, asal tidak menjelek2kan artikel ini yang telah dibuat.Terima kasih telah berkunjung di Ihsan_blogs ..
created by IHSAN.