Selasa, 13 Juli 2010

Kejahatan Internet Memanfaatkan Piala Dunia





THOMDEAN
Masyarakat dunia tengah larut dengan euforia Piala Dunia FIFA 2010. Mayoritas penduduk di planet ini tengah menatap Afrika Selatan, tempat hajatan itu digelar hingga 12 Juli 2010 nanti.

Bagi pebisnis, kondisi ini merupakan. sasaran empuk untuk berpromosi dan beriklan. Tak ketinggalan, pengiklan gelap ikut manfaatkan momen Piala Dunia untuk mempromosikan produknya.

Di dunia maya, mungkin Anda sering mendapatkan surat sampah atau spam e-mail. Kali ini, spammer pun mendompleng Piala Dunia untuk mengeruk keuntungan.

Ketika membuka e-mail sampah dengan subjek terkait berita-berita seputar Piala Dunia, Anda kemudian akan terdampar dalam sebuah situs yang sama sekali tak ada hubungannya dengan event itu. Memang, kata Piala Dunia yang sangat akrab belakangan ini, menjadi umpan empuk
bagi pengiklan untuk menawarkan produknya. Misalnya, iklan alat pembesaran penis, cara mudah menjadi kaya, hingga potongan harga pembelian minuman keras. 

Sebuah laporan yang dirilis Symantec Hosted Service, unit pembuat piranti lunak keamanan Symantec, menemukan, hampir seperempat dari total e-mail sampah yang dikirim sejak Maret 2010 terkait dengan Piala Dunia. 

Spammer tak bodoh

Saat ini, ratusan juta penggemar sepakbola di seluruh dunia terpaku menatap televisi untuk menonton pertandingan Piala Dunia. FIFA memperkirakan, jumlah penonton televisi pada final Piala Dunia 2006 mencapai 715 juta orang.

Tak heran jika pesan-pesan sampah yang terkait dengan kata football atau soccer akan meledak setiap hari. Salah satu triknya, mereka mengunci topik soal Piala Dunia sebagai e-mail yang harus dibaca.

Selain Piala Dunia, pengirim spam juga menggunakan berita-berita yang terkait dengan peristiwa global agar bisa menjangkau jaringan seluruh pemilik e-mail. Setiap topik yang populer cenderung menjadi kata kunci yang dimanfaatkan spammer.

Seperti, soal bailout bank, penyitaan rumah, tumpahan minyak BP, dan lainnya. "Mereka juga akan menggunakan setiap event atau tonggak-tonggak peristiwa bersejarah
yang ada di kalender," kata Paul Wood, Analis Senior Symantec.

Pembuat spam juga menggunakan subyek-subyek panas untuk menarik pengguna situs agar mengklik tautan penawaran surau barang. Dengan cara ini, pembuat spam akan mengumpulkan informasi pribadi atau alamat IP yang dapat dipakai untuk mengirim lebih banyak e-mail sampah.

Menurut laporan Symantec, dari semua surat elektronik yang beredar di seluruh dunia, hampir 90 persen merupakan spam. Maklum, biaya operasi spammer sangat murah. Bahkan, mereka tetap bisa menghasilkan uang, meski hanya sebagian kecil penerima spam yang melakukan pembelian.

Sebuah studi bersama yang dilakukan oleh University of California, San Diego, dan International Computer Science Intitute memperkirakan, sekitar 12 juta orang akan melakukan transaksi yang dianjurkan oleh e-mail sampah ini. International Computer adalah pusat penelitian ilmu komputer nirbala.

Sekitar 12 juta orang akan melakukan transaksi yang dianjurkan oleh e-mail sampah. Bahkan, aktivitas e-mail sampah ini sudah seperti industri, yang menghasilkan pendapatan tahunan hingga ratusan dolar AS. "Padahal, ongkos dari pengiriman sperm hampir tidak ada," ujar Stefan Savage, penulis penelitian itu.

Untuk menghalau penyebaran spam, teknisi piranti lunak di produsen software seperti Symantec dan McAfee harus bermain kucing-kucingan dengan aksi spammer yang tiada henti tersebut. "Tugas penyaringan spam pun menjadi lebih sulit karena spammer makin giat bekerja melalui jaringan sosial, seperti Twitter," kata Savage.

Pada akhirnya, satu-satunya cara dan upaya menghentikan spam adalah dengan menyetop pembelian produk dari iklan di dunia maya.


Selamat mencoba , semoga bermanfaat dan berguna untuk anda..copy paste di bolehkan, asal tidak menjelek2kan artikel ini yang telah dibuat.Terima kasih telah berkunjung di Ihsan_blogs .. created by IHSAN.











internet marketing

Click here to get Kaya Dari Facebook Marketing | Profit Bisnis dan Keamanan Pribadi











Baca Juga Yang Lainnya Tentang :

Kata Mereka